TERKUAKAlasan Anang Tetap Pertahankan Ashanty Sebagai Istri padahal Sakit-sakitan, Aku Mau Mati!. BANJARMASINPOST.CO.ID - Bermula ketika Ashanty mengantarkan Anang Hermansyah check DSA di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.. Namun secara tiba-tiba ia diminta untuk melakukan cek untuk memeriksa kesehatannya.

- Kepala Anung Anindito tiba-tiba puyeng saat berolahraga. Ia terjatuh dan nyaris tak sadarkan diri. Rupanya ia terserang vertigo. Ia langsung diberi pertolongan pertama dan obat. Peristiwa itu terjadi pada 2010. Saat itu, ia menemani Susilo Bambang Yudhoyono yang berkunjung ke Bali. Anung adalah fotografer keluarga SBY. Sepulang dari Bali, Anung melakukan tes kesehatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat RSPAD Gatot Soebroto. Hasilnya cukup aneh. Tidak ada masalah apa pun pada tubuh Anung. Saat hendak pulang, ia bertemu dengan dokter Terawan Agus Putranto. Ia sudah kenal lama dengan si dokter. Terawan menjabat kepala RSPAD sejak 2015 hingga sekarang. “Kamu sakit apa?” tanya Terawan, dengan bahasa Jawa. Anung menjelaskan kondisinya. Ia merasa kepalanya berat dan sering pusing. Tanpa basa-basi, Terawan menawarkan tes pencitraan resonansi magnetik alias MRI kepada Anung. Tes MRI dapat membantu dokter mengidentifikasi penyakit pasien dengan cara menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh si pasien. “Gratis,” ujar Terawan, meyakinkan. Tawaran itu langsung disambut oleh Anung. Hari itu juga ia melakukan MRI. Hasilnya, demikian Anung, menunjukkan ada kekurangan suplai darah ke otak. Terawan lantas menawarkan pengobatan lebih lanjut lewat apa yang dia sebut metode 'brainwash' alias 'cuci otak' dengan Digital Subtraction Angiography DSA. Karena sudah kenal baik, Anung menurut dan percaya. Pada hari yang sama, Anung menjalani operasi tersebut. Sebuah selang dimasukkan ke pembuluh darahnya sampai ke belakang leher. Lalu disemprotkan heparin. Nama terakhir adalah obat antikoagulan alias pengencer darah, yang berfungsi mencegah pembentukan gumpalan darah di pembuluh, arteri, atau paru-paru. Heparin juga dipakai sebelum operasi untuk mengurangi risiko penggumpalan setengah jam, brainwash selesai dilakukan. Anung ingat, saat itu Terawan menjelaskan bahwa pengobatan ini adalah pengobatan baru. “Dokter Terawan tidak pernah bilang bisa menyembuhkan stroke. Beliau cuma bilang kalau ini baru,” katanya. Setelah itu, Anung merasa ada perubahan yang baik pada tubuhnya, yang ia bilang "lebih segar dan sehat."Ada banyak testimoni serupa yang merasakan keberhasilan pengobatan itu. Meski demikian, praktik terapi atau pengobatan yang diterapkan dokter Terawan belum memiliki dasar kuat. Idealnya, sebuah penemuan baru dalam bidang medis harus melalui uji klinis sebelum dipraktikkan pada manusia. Alat Diagnosis Menjadi Alat Pengobatan Kritik pedas disampaikan oleh Moh. Hasan Machfoed, profesor neurologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya. Ia mengatakan bahwa metode yang dikenalkan Terawan itu tak masuk akal. Salah satu alasannya, DSA bukanlah alat terapi penyembuhan, tetapi hanya alat untuk diagnosis penyakit. Dalam dunia kedokteran, DSA sudah lazim digunakan. Di bidang neurologi, DSA disebut cerebral angiography, digunakan untuk memeriksa gejala gangguan pembuluh darah otak stroke iskemik. “Kalau misalnya Anda sakit batuk dua bulan, Anda pasti sakit paru-paru. Oleh spesialis paru-paru, Anda dirontgen. Anda divonis menderita TBC tuberkulosis. Terbukti rontgen itu alat diagnosis, kan? Tapi rontgen itu diklaim bisa menyembuhkan Anda,” kata Machfoed kepada Tirto, 6 April lalu, mengilustrasikan bagaimana rontgen sebagai metode diagnosis tapi kemudian diklaim sebagai alat penyembuh. Sebagaimana gambaran itu, Terawan mengklaim bahwa alat DSA—seyogyanya sebagai diagnosis—yang diterapkannya "sudah dimodifikasi", dan digunakan untuk memasukkan heparin—biasanya dipakai untuk obat campuran saat pasien melakukan tes darah di rumah Machfoed berkata bahwa Digital Subtraction Angiography tetaplah alat untuk mengetahui kelainan pembuluh darah. "Hanya diagnosis. Nah, supaya kelihatan arteri di otak, dikasih juga heparin. Heparin itu maksudnya supaya nanti mencegah gumpalan darah." "Jadi heparin itu untuk mencegah, mencegah, dan mencegah pembekuan darah," tegas Yusuf, guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, yang menjadi promotor disertasi Terawan, bahkan mengatakan fungsi brainwash bukan untuk penyembuhan, melainkan hanya meningkatkan aliran darah dalam otak pada stroke kronis, memperbaiki suplai darah ke jaringan tersumbat ke otot Penelitian dr. Terawan Lemah dan Cacat Dalam kesaksiannya di persidangan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran IDI, Prof. Dr. dr. Sudigdo Sastroasmoro, telah menganalisis dua penelitian brainwash. Analisis itu dilakukan dari tiga aspek praktik kedokteran, bukti ilmiah, dan penilaian teknologi kesehatan. Dari analisis itu, Sastroasmoro mempertanyakan praktik kedokteran Terawan Apakah sudah ada Pedoman Nasional Praktik Kedokteran dan Pedoman Praktik Klinik untuk rumah sakit bagi pengobatan stroke. Sementara lewat bukti ilmiah, penelitian Terawan yang diterbitkan Bali Medical Journal dan Indonesian Biomedical Journal tak disunting dengan baik serta ditulis dalam jurnal terakreditasi B, menurut klasifikasi riset teknologi dan pendidikan tinggi. Temuan lain terkait kualitas laporan merujuk kriteria Consolidated Standard of Reporting Trials CONSORT tahun 2015. Riset Terawan dinilai "lemah" dan "cacat" dari validitas studi secara metodologi. Penelitiannya mengabaikan aspek desain penelitian, besaran sampel, cara pengambilan sampel, dan penulisan, terutama Terawan tidak memahami prinsip uji acak terkendali—lemah dalam uji coba obat atau prosedur medis. Selain itu, Sastroasmoro menilai penelitian Terawan bukanlah berbasis studi eksperimen nyata, tetapi pra-eksperimen yang berpotensi bias karena bersandar pada asumsi. Kritik lain disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Teguh AS Ranakusuma dalam keterangannya pada sidang Majelis. Menurutnya, penelitian Terawan terkait clinical biomarker tidak dapat digunakan sebagai terapi atau pengobatan kepada pasien stroke. Karena itu, Ranakusuma meminta Terawan untuk mengubah judul disertasinya, yang semula memakai istilah brainwash menjadi intra arterial heparin flushing IAHF.Klaim sang Dokter yang Meragukan Meski belum melawati uji klinis dan penelitian ilmiah yang memadai, pasien yang ditangani oleh Terawan sudah membeludak. Pada 2016, Terawan pernah mengklaim ada 30 ribuan pasien yang sudah ditanganinya. Jumlah ini terus meningkat. Terakhir, ia bahkan mengklaim lebih dari 40 ribu pasien yang ditanganinya lewat metode 'cuci otak' tersebut. Angka ini fantastis. Sampai-sampai pada Agustus 2016, Terawan tercatat dalam Museum Rekor Indonesia MURI untuk pengerjaan DSA terbanyak. Terawan mengaku metodenya itu dikenalkan sejak 2004. Dengan klaim 40 ribu pasien selama 13 tahun, artinya dalam sehari ia melakukan DSA kepada 8 sampai 9 pasien. Ini jika dikerjakan tanpa libur. Seandainya seorang pasien menjalani DSA membutuhkan waktu satu jam, setiap hari Terawan bekerja selama 8 sampai 9 jam khusus untuk DSA. Klaim lain yang meragukan adalah pengakuan paten yang dia sebut "Terawan Theory" dari Jerman. DSA dengan metode Terawan disebut-sebut sudah dipraktikkan di sejumlah rumah sakit di Jerman. Salah satu rumah sakit yang disebut menggunakan metode "Terawan Theory" adalah Augusta Krankenhaus di Düsseldorfer, dalam laman layanan medis di situsweb rumah sakit tersebut, kita tak menemukan informasi apa pun terkait "Terawan Theory". Kami juga sudah menghubungi rumah sakit tersebut. Kami juga minta seorang warga Indonesia, yang tinggal di Jerman, untuk mengeceknya. Kami tidak mendapatkan informasi apa pun bahwa rumah sakit ini menyediakan layanan medis 'cuci otak', brainwash, atau heparin flushing. Bahkan rumah sakit tersebut tak punya departemen berbeda dengan situsweb milik RSPAD Gatot Soebroto, yang mencantumkan DSA sebagai salah satu layanan unggulannya. Dengan menampilkan foto doker Terawan yang memegang alat medis dan muka menghadap kamera, laman ini menulis bahwa layanan medis tersebut "menangani gangguan sirkulasi darah otak pada kasus Cerebro Vaskular Disease CVD, memberikan pelayanan komprehensif dan holistik dengan menggabungkan multi disiplin ilmu kedokteran neurologist, radiologist, cardiologist dan bidang lainnya melalui konsultasi dan evaluasi para ahli di bidang terkait." Nadanya meyakinkan; bahwa jika ada kelainan sirkulasi otak, dokter di layanan tersebut "[...] menggunakan alat Digital Substraction Angiography DSA yang dimodifikasi dengan lntra Arterial Cerebral Flushing." Menurut Moh. Hasan Machfoed, Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, yang juga hadir dalam pemeriksaan etik terhadap dokter Terawan, apa yang disebut "modifikasi" pada DSA itu "tidak ada manfaatnya"—alias hanya akal-akalan."DSA itu sebagai alat diagnosis, namun oleh Dokter Terawan dijual sebagai pengobatan stroke. Bahkan, yang lebih celakanya lagi, orang menganggap bisa terhindar dari stroke. Rupanya orang dibohongi," ujar berusaha mendapatkan pernyataan dokter Terawan. Pada Kamis pekan lalu, 5 April, saya datang ke RSPAD Gatot Soebroto untuk minta bertemu dengan sang dokter. Namun, upaya konfirmasi ini dihalang-halangi oleh Imam Suhada, provos rumah sakit. Ia mengatakan, "Kami merasa tidak penting untuk menyampaikan klarifikasi apa pun. Pimpinan kami tetap dr. Terawan." Di hari yang sama, sekitar jam 2 siang, rombongan politikus dari Komisi I DPR, yang tak ada sangkut pautnya mengurusi bidang kesehatan, datang ke rumah sakit tersebut. Mereka disambut oleh manajemen rumah sakit. Sesudah pertemuan, Abdul Kharis Almasyhari, Ketua Komisi I dari Fraksi PKS, mengatakan bahwa kedatangan mereka lantaran RSPAD Gatot Soebroto adalah "mitra" Komisi I. “Kalau kepala rumah sakitnya dijatuhi sanksi seperti ini, tentu kami harus memberikan dukungan moral,” kata Kharis. ==========Catatan Kami menambahkan keterangan soal upaya kami mengecek sebuah rumah sakit di Jerman, yang diklaim mengakui dan menerapkan hak paten "Terawan Theory". Kami juga memberi tambahan pada upaya konfirmasi kami kepada Terawan, yang belum direspons hingga artikel ini dirilis. [Redaksi] - Indepth Reporter Mawa KresnaPenulis Mawa KresnaEditor Fahri Salam

Bahkan RSPAD Gatot Soebroto yang dikenal sebagai salah satu rumah sakit terbaik Indonesia tak terlepas dari jasa Terawan selaku dokter. "Bahkan tidak berlebihan bila disebut bahwa RSPAD menjadi salah satu rumah sakit besar yang berkualitas baik berkat tangan dingin dokter Terawan," kata Ketua Fraksi PAN DPR RI itu. Menkes dan Komite Penanganan Covid-19. ©2020 Tallo - Bekas Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, menjalankan terapi Brain Washing atau cuci otak melalui metode Digital Substraction Angiography DSA. Terapi ini diklaim bisa menyembuhkan pasien dari sakit yang diderita. Dokter lulusan Universitas Airlangga Unair Surabaya, Windhu Purnomo mengatakan, terapi cuci otak yang dilakukan Terawan belum memiliki riset. Mantan Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat RSPAD Gatot Soebroto itu hanya mengandalkan disertasinya pada tahun 2016. "Jadi artinya tidak bisa diterima dong. Itu 2016 disertasinya dan dinyatakan dia lulus. Ya enggak apa-apa dia lulus. Tapi disertasi itu belum membuktikan bahwa ini memang terapi yang sudah bisa digunakan," katanya saat dihubungi Kamis 7/4. Disertasi Terawan memang membahas soal cuci otak melalui metode DSA. Namun, disertasi itu tidak membandingkan kelompok yang mendapatkan metode tersebut dengan lainnya atau plasebo. Padahal untuk membuktikan metode terapi baru di dunia kedokteran, harus melewati tahap perbandingan antara satu kelompok yang sudah mendapatkan pengobatan dengan kelompok plasebo. "Dia dalam disertasinya itu hanya melakukan satu grup saja, enggak ada pembanding. Itu yang dilakukan dalam disertasinya," dari 2 halaman Metode Lama Menurut Windhu, metode cuci otak Terawan sebetulnya sudah digunakan sejak lama. Hanya saja, DSA yang biasa digunakan untuk diagnostik atau mendeteksi penyakit. Caranya, dengan memasukkan heparin ke pembuluh darah yang mengalami sumbatan atau pembekuan. Umumnya, heparin digunakan untuk diagnostik pembekuan darah segar. Bukan untuk terapi stroke kronik. "Tapi oleh dokter Terawan dilakukan. Dan belum ada bukti ilmiahnya, berguna enggak dengan biaya yang sangat mahal itu. Jadi artinya, kita belum tahu apa efek samping jangka panjang," ujarnya. Windhu mengatakan, terapi cuci otak Terawan sudah diinvestigasi Satuan Tugas Penyelesaian Permasalahan Pelayanan Kesehatan yang dibentuk Kementerian Kesehatan pada 2018. Saat itu, Satgas merekomendasikan terapi menggunakan DSA tidak memiliki bukti ilmiah sehingga melanggar Kode Etik Kedokteran Indonesia Kodeki Pasal 6. Menindaklanjuti rekomendasi tersebut, Kementerian Kesehatan meminta Terawan memberhentikan terapi DSA untuk menghasilkan uang. Hanya saja, terapi bisa dilakukan untuk pelayanan dengan riset pembanding. "Ternyata ditunggu-tunggu itu belum dilakukan sampai sekarang," kata jugaUnhas Tantang MKEK IDI Buktikan Promotor Dokter Terawan Dapat Tekanan EksternalBertemu Dokter Terawan, Luhut Saya Titip ke Pakar, Bersaing Sehat Jangan DengkiDebat Panas IDI dan DPR soal Terawan, Ini Hasil Kesimpulan RapatnyaJalan Panjang IDI Memproses Pemecatan TerawanDokter Terawan Vs IDI, Inovasi Berujung PemecatanDicecar DPR, IDI Beberkan Pasal-Pasal Etik yang Dilanggar Dokter Terawan
Akubawa ke dokter anak, berganti-ganti sampai 6 DSA di Malang, tak satupun yang bisa mendiagnosa dengan tepat apa masalahnya. Ada yang meresepkan serbuk (aku lupa apa namanya) untuk dicampur di ASI, ada yang kasih sufor cair karena mengira ada masalah di penyerapannya. alat-alat tersebut akan rusak. Bisa anda bayangkan jika rumah sakit
Selain memeriksa gejala, tenaga kesehatan di Puskesmas atau rumah sakit biasanya akan melakukan tes darah. Hasil tes darah tersebut akan dibacakan oleh dokter untuk menegakkan diagnosis apakah benar Anda terkena DBD. Kapan pasien DBD harus rawat inap? Pada dasarnya, tidak ada obat untuk menyembuhkan DBD. Pasalnya, penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang hingga saat ini belum ditemukan penawarnya. Perawatan yang diberikan pada pasien DBD hanya untuk mengendalikan gejala dan kondisi pasien sampai pulih kembali. Karena itu, dokter mungkin saja mengizinkan Anda untuk rawat jalan di rumah. Akan tetapi, kalau Anda mengalami demam berdarah serius, dokter pasti meminta Anda untuk rawat inap di rumah sakit. Ingat, hanya dokter yang bisa menentukan pilihan ini setelah mengevaluasi kondisi dan hasil tes darah Anda. Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, rawat inap sangat diperlukan bagi orang yang terkena demam berdarah serius. Masalahnya, pasien DBD akan melewati masa-masa kritis selama 24 hingga 48 jam lamanya. Masa-masa ini yang akan menentukan peluang pasien untuk bertahan hidup. Bila pada saat ini pasien tidak ditangani dengan tepat, akibatnya bisa fatal. Sedangkan kalau pasien demam berdarah serius dirawat di rumah, ia tidak akan mendapatkan bantuan medis yang memadai. Bantuan yang hanya tersedia di rumah sakit antara lain cairan infus yang mengandung elektrolit, pemantauan tekanan darah, hingga transfusi darah kalau pasien mengalami perdarahan. Selain itu, dokter dan perawat juga selalu siap sedia di rumah sakit untuk memantau serta membantu meningkatkan kondisi Anda. Tanda-tanda demam berdarah serius Jangan menyepelekan berbagai ciri-ciri demam berdarah serius. Penyakit ini bisa menyebabkan kematian bila terlambat ditangani atau tidak ditangani dengan benar. Karena itu, pasien DBD harus rawat inap kalau penyakitnya sudah parah. Segera cari bantuan medis darurat kalau pasien mengalami berbagai tanda demam berdarah serius berikut ini. Sakit perut yang parah Muntah terus-menerus Napas memburu Perdarahan di gusi Tubuh sangat lemas Muntah darah Suhu tubuh tidak stabil demam naik-turun Hal yang perlu dicatat kalau pasien mau rawat jalan Sekali lagi, hanya dokter yang bisa menentukan apakah kondisi Anda cukup stabil untuk rawat jalan. Kalau dokter sudah membolehkan pasien untuk rawat jalan, Anda harus menjaga keseimbangan cairan tubuhnya. Jangan sampai pasien kekurangan cairan. Pasalnya, menjaga asupan cairan dalam tubuh sangat penting untuk memastikan kondisi pasien DBD tetap stabil. Anda juga sebaiknya terus memantau suhu tubuh pasien dengan termometer. Jika suhu tubuhnya mulai naik-turun, segera hubungi dokter. Selain itu, pastikan pasien mengonsumsi makanan yang mudah dicerna. Selain, itu jangan memaksakan diri untuk rawat jalan di rumah apabila keadaannya memang tidak memungkinkan. Misalnya tidak ada orang yang bisa mendampingi dan menjaga pasien sepanjang hari atau pasien selalu menolak minum dan makan apa pun. Sebaiknya pasien dengan kondisi seperti ini diopname saja supaya pihak rumah sakit bisa mengawasi serta membantu pasien lebih cepat pulih. Karena dalam beberapa kasus pasien DBD memang lebih baik rawat inap, sebaiknya Anda mempersiapkan diri menghadapi penyakit ini. Caranya dengan melakukan langkah-langkah pencegahan DBD, langsung ke dokter jika mengalami gejala, serta melengkapi perlindungan diri terhadap penyakit demam berdarah.
Berikutbeberapa tanda anak harus dibawa ke dokter: 1. Tangisan yang tidak wajar. Bila tiba-tiba bayi menangis tidak seperti biasanya dan Anda tidak bisa menenangkan bayi yang menangis dengan cara yang biasa atau tangisannya terdengar sangat tinggi, anak kemungkinan mengalami sakit serius. Bisa juga terjadi sebaliknya, hubungi dokter bila si
Paling Sering Dicari Brain Angiography DSA di Badung Brain Angiography DSA di Bekasi Brain Angiography DSA di Denpasar Brain Angiography DSA di Jakarta Brain Angiography DSA di Penang
Demikianinformasi yang dapat kami sampaikan, semoga membantu. Warm Regards,-----Humas Dept. Rumah Sakit GADING PLUIT Jl. Boulevard Timur Raya, Kelapa Gading, Jakarta Utara 14250 T. (021) 45001 Kanker H Lihat Selengkapnya. Digital Subtraction Angiography (DSA) yusuf saleh , mau tanya nama dokter bagian DSA ,ats nama siapa ? Lihat
Índice1 Histórico da Residência Médica 2 Instituições participantes do processo Hospitais 3 O que preciso saber sobre o processo seletivo do SUS-BA 2023? Prova para especialidade Áreas Básicas/Acesso Prova para especialidades com Pré-requisito ou áreas de atuação4 O que preciso para ser aprovadoa na residência médica do SUS-BA? Cálculo da nota Programas de Especialidades de Áreas Básicas/Acesso Programas de Especialidades de pré-requisito ou áreas de atuação5 Quais são os assuntos mais cobrados na prova de residência do SUS-BA? Clínica Ginecologia e Medicina Preventiva e Social6 Cronograma SUS BA 20237 Edital de residência médica do SUS-BA 2023 vagas oferecidas 8 Vagas para especialidades de acesso Anestesiologia Cirurgia Clínica médica Genética Ginecologia e obstetrícia Infectologia Medicina de emergência Medicina de família e Medicina do Medicina intensiva Neurocirurgia Oftalmologia Ortopedia e Otorrinolaringologia Psiquiatria Radiologia e diagnóstico por Radioterapia9 Vagas para especialidades com Cirurgia de cabeça e Cirurgia do aparelho Cirurgia oncologica Cirurgia pediátrica Cirurgia Cirurgia Endocrinologia e Hematologia e Mastologia Nefrologia Oncologia Oncologia Urologia10 Vagas para especialidades de área de Angiologia e cirurgia Cardiologia Ecocardiografia vascular com Endocrinologia pediátrica Endoscopia Endoscopia Gastroenterologia Hematologia e hemoterapia Hemodinâmica e cardiologia Hepatologia Medicina intensiva pediátrica Neurologia pediátrica Pneumologia Psiquiatria da adolescência e da Ultrassonografia em ginecologia e Ano adicional em ortopedia 11 Como foi o último processo seletivo para residência médica no SUS-BA? Ranking das especialidades mais concorridas do Correção comentada da prova SUS-BA 2021/2212 O que esperar da residência médica do SUS-BA?13 Referência14 Posts relacionados Saiu o edital de residência médica do SUS-BA 2023. Acesse e saiba tudo sobre o processo seletivo e os assuntos mais cobrados! O SUS-BA é um processo seletivo unificado de residência médica, que envolve mais de 30 instituições localizadas em diversas cidades baianas, como Salvador, Feira de Santana, Juazeiro e Vitória da Conquista, entre outras. Histórico da instituição O processo de implantação do Sistema Único de Saúde SUS do Estado da Bahia se deu no período de 1986 a 2006 com o intuito de promover a formulação da política estadual de saúde, a gestão do Sistema Estadual de Saúde e a execução de ações e serviços para promoção, proteção e recuperação da saúde. Residência Médica Os interessados em fazer residência médica no estado da Bahia precisam passar pelo processo seletivo unificado que envolve várias instituições em diferentes cidades do estado. A seleção é credenciado pela Comissão Nacional de Residência Médica CNRM-MEC e executado sob a responsabilidade conjunta da Strix – Educação, Avaliação e Projetos Ltda. e da Comissão Estadual de Residência Médica da Bahia CEREM/BA. Instituições participantes do processo seletivo Centro de Diabetes e Endocrinologia da BahiaClínica Senhor do BonfimComplexo Hospitalar Universitário Prof. Edgard Santos – UFBAEscola Estadual de Saúde Pública – SESABFundação Bahiana de Cardiologia Hospitais Hospital de Olhos de Feira de SantanaAna NeryHospital da BahiaAristides Maltez – Liga Bahiana Contra o CâncerHospital da CidadeCalixto Midlej FilhoCouto MaiaHospital da Mulher – Fundação Hospitalar Feira de SantanaBase Luís Eduardo MagalhãesHospital do OesteClériston AndradeHospital do Subúrbio – Prodal SaúdeRoberto SantosHospital Estadual da CriançaErnesto Simões FilhoJuliano MoreiraManoel Novaes – Santa Casa de ItabunaManoel VictorinoMartagão GesteiraOtorrinos de Feira de SantanaRegional de JuazeiroHospital Regional de Santo Antônio de Jesus – IFFPortuguês da BahiaHospital Regional de Vitória da ConquistaSagrada FamíliaSecretaria Municipal de Saúde de SalvadorSanta IzabelInstituto Brasileiro de Oftalmologia e Prevenção da CegueiraSanto AntônioSecretaria Municipal de Saúde de Vitória da ConquistaSão RafaelInstituto de Perinatologia da BahiaSão Vicente de Paulo O que preciso saber sobre o processo seletivo do SUS-BA 2023? O processo seletivo do SUS-BA será realizado através de uma prova mista, com questões objetivas e discursivas de respostas curtas. A avaliação será aplicada nas cidades de Salvador, Juazeiro, Barreiras, Vitória da Conquista e Teixeira de Freitas, no estado da Bahia, em formato presencial, no dia 15/11/2022. As provas são estruturadas da seguinte forma Prova para especialidade Áreas Básicas/Acesso Direto Uma prova – de caráter genérico, classificatória e eliminatória – composta por 25 situações-Problema com três questões cada, sendo 15 situações-problema com questões objetivas de múltipla escolha e 10 situações-problema com questões objetivas de resposta curta. Esta prova tratará de conteúdos de Clínica Médica, Cirurgia Geral,Ginecologia e Obstetrícia, Pediatria e Medicina Preventiva e Social Saúde Coletiva e Medicina Geral de Família e Comunidade. Para o cálculo da nota, será aplicado peso 1,5 à pontuação obtida nas questões Objetivas de resposta curta e peso 1 à pontuação obtida nas questões objetivas de múltipla escolha. Prova para especialidades com Pré-requisito ou áreas de atuação Uma prova de caráter específico, classificatória e eliminatória, composta por 15 situações-problema com três questões objetivas de múltipla escolha cada. Nesta prova, serão abordados os conteúdos das Especialidades que se constituem pré-requisitos do respectivo Programa. Cada situação-problema respondida corretamente valerá 1 um ponto, que será correspondente à soma das pontuações obtidas em cada uma das 3 três respectivas questões. O que preciso para ser aprovadoa na residência médica do SUS-BA? Após a correção das provas, ocorrerá o processamento das Notas dos candidatos, correspondente ao total de pontos obtido na prova e a eliminação dos candidatos que tenham obtido nota inferior a 1 um. Cálculo da nota final O Escore Global EG corresponde à nota final do candidato, e será calculada da seguinte forma Programas de Especialidades de Áreas Básicas/Acesso Direto Calculado aplicando-se peso 1 à pontuação obtida nas questões objetivas de múltipla escolha e aplicando-se peso 1,5 à pontuação obtida nas questões objetivas de respostas curtas, acrescido da bonificação de 10% do PROVAB ou PRMFC – não cumulativa, para aqueles que tiverem esse direito e o tenham solicitado na forma prevista neste Edital. EG = [Total de Pontos nas questões objetivas de múltipla escolha x 1,0 + Total de Pontos nas questões objetivas de resposta curta x 1,5] + Bonificação PROVAB/PRGMFC Programas de Especialidades de pré-requisito ou áreas de atuação O Escore Global será igual à pontuação obtida nas questões objetivas de múltipla escolha acrescido da bonificação de 10% do PROVAB ou PRMFC – não cumulativa, para aqueles que tiverem esse direito e o tenham solicitado. EG = Total de Pontos nas questões objetivas de múltipla escolha + Bonificação PROVAB/PRMFC Após o cálculo da nota final, os candidatos serão classificadospor ordem decrescente dos Escores Globais, conforme o Programa para o qual tenha realizado a sua inscrição. Em caso de empate, será utilizado para desempate o critério de maioridade computando-se dia/mês/ano/hora, tendo preferência na classificação o candidato mais velho. Para mandar bem na prova e garantir uma pontuação alta, é importante estudar de forma focada e dominar os assuntos mais cobrados. Quais são os assuntos mais cobrados na prova de residência do SUS-BA? Antes de qualquer coisa, lembre-se de ler atentamente o edital e ver as particularidades para especialidade desejada. Afinal, como dito anteriormente a estrutura é diferente para programas de acesso direto/área básica e com pré-requisito/área de atuação. Para te ajudar a direcionar seus estudos, reunimos os assuntos que sempre se fazem presentes nas questões da prova. Confira os assuntos por especialidade Clínica Médica O destaque de cobrança nos últimos anos tem sido valvulopatias – o diagnóstico e a tomada de condutas mais adequadas. Os candidatos também vão encarar questões de nefropatia, pneumonia, vasculites, HIV e intoxicações exógenas. Cirurgia O principal destaque de cobrança é ATLS atendimento ao politraumatizado e as condutas inicias. Também são cobrados entendimento em abdome agudo e quando é necessário uma abordagem cirúrgia, complicações do pós-operatório, hérnias, doença diverticular dos cólons e megacólon chagásico e oncologia. Ginecologia e Obstetrícia Os candidatos precisam dominar os conteúdos de parto. Além disso, é bom estudar também diagnóstico e tratamento de condições frequentes na gestação como doença hipertensiva, eclâmpsia e diabetes gestacional,Infecções sexualmente transmissíveis, vulvovaginite e cervicites. Pediatria O destaque são os conteúdos de neonatologia – afecções do período neonatal, principalmente as respiratórias, como a taquipneia transitória do recém-nascido e bronquiolite. Também é cobrado PALS e o atendimento à criança com PCR, atendimento inicial ao recém-nascido, doenças infecciosas, doenças hematológicas, imunização, resiliência e maus-tratos contra crianças e adolescente e aleitamento. O tópico principal aqui são os conteúdos de vigilância epidemiologia e causalidade em epidemiologia. Também é importante se preparar para responder sobre gestão e leis e diretrizes do Sistema Único de Saúde SUS e mortalidade principalmente referente ao preenchimento da declaração de óbito. Cronograma SUS BA 2023 O edital do SUS BA 2023 foi lançado no dia 26 de agosto de 2022. Confira as datas mais importantes Inscrições 27/08 a 26/09/22Taxa de inscrição R$724,80Solicitação de isenção 27/08 a 12/09/22Divulgação de inscrições homologadas e locais de prova 08/11/22Data da Prova 15/11/22Gabarito preliminar 17/11/22Interposição de recurso 17/11 e 18/11/22Divulgação do edital e cronograma de matrícula 16/01/23Divulgação das notas dos candidatos 23/01/23Classificação final e convocação p/ matrícula 07/02/23 Os interessados devem se inscrever através do site do Strix Educação. Edital de residência médica do SUS-BA 2023 vagas oferecidas Há vagas para programas de residência de especialidades de acesso direto, área básica, pré-requisito e área de atuação. Para o processo seletivo de 2023, o edital oferta mais de 850 vagas. Confira as vagas disponíveis por especialidade Vagas para especialidades de acesso direto Anestesiologia Cirurgia geral Clínica médica Dermatologia Genética médica Ginecologia e obstetrícia Infectologia Medicina de emergência Medicina de família e comunidade Medicina do trabalho Medicina intensiva Neurocirurgia Neurologia Oftalmologia Ortopedia e traumatologia Otorrinolaringologia Pediatria Psiquiatria Radiologia e diagnóstico por imagem Radioterapia Vagas para especialidades com pré-requisito Cardiologia Cirurgia de cabeça e pescoço Cirurgia do aparelho digestivo Cirurgia oncologica Cirurgia pediátrica Cirurgia plástica Cirurgia vascular Coloproctologia Endocrinologia e metabologia Endoscopia Gastroenterologia Geriatria Hematologia e hemoterapia Mastologia Nefrologia Nutrologia Oncologia clínica Oncologia pediátrica Pneumologia Reumatologia Urologia Vagas para especialidades de área de atuação Angiologia e cirurgia endovascular Cardiologia pediátrica Dor Ecocardiografia Ecocardiografia vascular com doppler Endocrinologia pediátrica Endoscopia digestiva Endoscopia ginecologica Gastroenterologia pediátrica Hematologia e hemoterapia pediátrica Hemodinâmica e cardiologia intervencionista Hepatologia Medicina intensiva pediátrica Neonatalogia Neurologia pediátrica Pneumologia pediátrica Psiquiatria da adolescência e da infância Ultrassonografia em ginecologia e obstetrícia Ano adicional em ortopedia Como foi o último processo seletivo para residência médica no SUS-BA? A prova do último processo seletivo 2021/22 aconteceu no dia 14/11/2021 presencialmente, no turno vespertino, na cidade de Salvador BA. O resultado final do SUS-BA foi disponibilizado no dia 8/02/2022. Ranking das especialidades mais concorridas do SUS-BA *dados com base na última seleção 2021/22. Correção comentada da prova SUS-BA 2021/22 A Sanar reuniu os professores Dr. Rodrigo Edelmuth, Dr. Vergilius Neto e Dr. Frederico Cantarino para corrigir e comentar a última prova. Assista a aula de correção O que esperar da residência médica do SUS-BA? O Processo Seletivo Unificado do SUS-BA é o maior do estado e oferece vagas nas melhores instituições e Programas de Residência Médica. Além de disponibilizar praticamente todas as especialidades em diversos centros de saúde, o SUS-BA é uma excelente opção pois torna o processo seletivo mais isonômico, reduz os custos para os candidatos e deixa o processo de preparo para a residência mais objetivo, focado em um único modelo de prova. Referência Edital do SUS-BASite do SESABPesquisa do repositório da UFBA Posts relacionados Enare 2022/23 o que é, etapas da seleção, cronograma, vagas e maisResidência Médica na UFES Universidade Federal do Espírito SantoComo será a concorrência da residência médica em 2022/23?Residência médica no Hospital Sírio-Libanês HSL
Pilihjadwal, buat janji, dan cek biaya Digital Subtraction Angiography Dsa di fasilitas kesehatan terdekat dengan mudah dan cepat. Temukan informasi layanan kesehatan lainnya hanya di SehatQ. Cari Rumah Sakit dengan Digital Subtraction Angiography Dsa. Menampilkan 1 dari 1 Rumah Sakit yang ditemukan.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Digital Substraction Angiography DSA Terminologi DSA, tulis Wikipedia, memiliki sekitar 150 makna berbeda. Namun DSA yang akan diungkap disini adalah DSA pada bidang kesehatan yang bermakna Digital Subtraction Angiography yakni pemeriksaan yang memberikan gambar permukaan bagian dalam pembuluh darah, termasuk arteri, vena, dan serambi jantung. Gambar yang dihasilkan oleh DSA diperoleh menggunakan mesin sinar-X bantuan komputer yang rumit. DSA memvisualisasikan pembuluh darah dengan struktur radiopak seperti tulang dihilangkan atau dikurangi secara digital dari gambar. Hal ini menyebabkan kemungkinan penggambaran pembuluh darah yang akurat. Berikut adalah pengalaman penulis saat menjalani operasi teknik DSA di suatu Rumah-Sakit militer terbesar di negara kita yang juga dikenal sebagai Rumah-Sakit Kepresidenan. di Jakarta-Pusat. Menjelang akhir Mei 2021, penulis mengalami penurunan kekuatan tubuh saat tidak kuat mengangkat gelas saat akan minum sore hari padahal tidak ada gejala sakit apapun. Keluarga langsung mengajak ke IGD rumah-sakit tentara di komplek perumahan. Setelah pemeriksaan oleh dokter jaga, seperti pengecekan darah, tensi, dan CT-Scan dsb, malam itu juga diminta untuk dirawat guna pemeriksaan lebih lanjut. Hasil CT-Scan menunjukan terdapat emboli penyumbatan di bagian otak kepala. Keesokan subuhnya saat terbangun untuk beribadah, penulis kaget karena tangan kiri dan kaki kiri tidak bisa digerakan sama sekali. Pagi harinya, seorang dokter saraf mengatakan bahwa penulis terkena stroke dan telah melewati the golden period yakni masa 5-6 jam dari awal saat pasien terserang stroke pertama kali. Keesokan harinya, dilakukan CT-Scan ulang, cek gula darah, dan sejumlah pemeriksaan lainnya. Esok harinya, hari ke-3 dirawat di RS militer komplek, penulis diberitahu harus menjalani pemeriksaan MRI Magnetic Resonance Imaging atau Pencitraan Resonansi Magnetik. Malam harinya setelah pertimbangan panjang Tim Medis, penulis dievakuasi ke RS Kepresiden di Jakpus yang memiliki alat MRI dengan didampingi seorang dokter dan seorang perawat senior. Setelah proses pendaftaran, langsung ditempatkan di HCU High Care Unit Lantai 4 Gedung Utama rumkit dengan delapan unit bed hingga operasi teknik DSA selesai dan baru berpindah ke kamar VIP di lantai 3 pada gedung yang sama. Penanganan. Sejak dirawat, secara terjadwal dokter saraf dan dokter spesialis lainnya datang melakukan pengecekan rutin dengan seksama. Obat-obatan dan menu gizi serta kadang suntikan tertentu diberikan dengan teratur oleh para perawat terampil. Dokter gizi dengan baik menjelaskan alasan pilihan menu, sedangkan dokter saraf beserta asisten yang juga seorang dokter selalu memonitor dan mengecek langsung kondisi kaki dan tangan penulis dengan teliti. Dokter fisioterapi juga rutin datang mendorong semangat penulis bahwa stroke dapat diatasi. Sebagai bagian dari penanganan pasien stroke, sejumlah para terapis secara bergantian melaksanakan terapi fisioterapi, terapi tangan dan terapi wajah walau alhamdulillah mulut tidak terkena efek stroke. Bersyukur pula karena bahu, lengan, tangan dan kaki walau tidak bisa digerakan, namun tidak kebas ataupun kesemutan. Setelah menjalani MRI ke-1 dan hasil MRI ditunjukan, dokter saraf memberikan kejelasan bahwa terdapat pembuluh otak saraf di sebelah kanan yang terlihat tersumbat titik putih kecil. Akibatnya bagian kiri tubuh yang terkena efek, yakni bahu kiri, lengan kiri bagian atas, pergelangan tangan, jari-jari tangan kiri dan kaki kiri tidak berfungsi. Dikatakan saraf motorik dan saraf sensorik yang terkena efek, sehingga kaki kiri tidak memiliki kekuatan dan tidak dapat menggerakan jari-jari tangan dan kaki. Seminggu setelah MRI ke-1, diinformasikan bahwa medio Juni 2021 penulis akan memperoleh kesempatan DSA, sehingga kesehatan penulis terus diawasi mulai dari tekanan darah, gula darah, echo jantung, paru, hati, serta harus melakukan MRI ke-2. Penulis melewatinya dengan hasil baik dan kemudian pada Hari-H penulis dibawa ke bagian DSA dan ternyata pasien lain telah banyak menunggu giliran. Kepala penulis juga sempat diperiksa dengan alat komputer khusus guna mengetahui kondisi bagian otak oleh dokter saraf. Kemudian penulis dibawa ke ruang tunggu khusus DSA. Terdapat 6 ruang operasi DSA yang semuanya berdinding kaca serta di baliknya tirai sehingga keluarga yang mendampingi dapat menyaksikan pelaksanaan operasi saat tirai terbuka. Bahkan keluarga dapat menyaksikan proses pelaksanaan operasi teknik DSA dari layar monitor komputer yang terletak di depan ruang operasi. Sungguh suatu pemandangan menyenangkan mengingat keluarga dapat menyaksikan pelaksanan proses operasi tersebut. Penulis yang terbaring di bed dorong dan didampingi istri dan dua anak didekati dokter Terawan, yang berpangkat Letjen Purnawirawan, mantan Karumkit RS Kepresidenan dan juga mantan Menteri Kesehatan RI, untuk bersabar sambil menepuk kaki penulis. Pukul Wib penulis dibawa ke ruang operasi dan dilakukan pemindahan dari bed dorong ke meja operasi. DSA. Pukul Wib tepat dokter Terawan didampingi 3 dokter lainnya sebagai asisten dokter Tim DSA dibantu 4 perawat memulai operasi Teknik DSA pada tubuh penulis. Tanpa dibius, penulis dapat berdoa dan berbincang dengan dokter Terawan dan asistennya. Terasa terdapat alat yang dimasukan ke pangkal paha. Saat melakukan DSA, dokter Terawan berbincang-bincang tentang pengalamannya semasa SMA di Yogyakarta dan sering bermain di daerah dekat Tugu Yogyakarta tempat dimana penulis juga tinggal di wilayah tersebut. Tiba-tiba mulut penulis terasa ada yang menembakan rasa menthol mint dan itu terjadi dua kali. Juga perawat memberitahu bahwa badan akan terasa panas sesaat saat ada yang ditembakan ke dalam tubuh. Tidak sampai setengah jam, kegiatan pun selesai. Dokter Terawan meminta penulis untuk melambaikan tangan kiri kepada keluarga yang melihat penulis dari luar kaca, karena tirai telah dibuka. Penulis berkata tangan dan kaki penulis tidak dapat digerakan karena terkena stroke. Namun dokter Terawan tetap meminta. Ajaib karena saat tangan kiri diangkat, penulis dapat melambai pada keluarga, Alhamdulillah. Bekas lubang untuk memasukan alat tertentu pun ditutup dan penulis diminta tidak menggerakan kaki selama 8 jam ke depan. Operasi teknik DSA pun selesai dan dengan khas Salam Komando, penulis berterima kasih pada dokter Terawan dan Tim. Pada paska DSA, stroke masih berefek pada bagian tubuh kiri seperti sebelumnya dan belum dapat berjalan kecuali ditopang dengan alat walker 4-tongkat. Penulis rutin cek medis di RS Kepresidenan tersebut, terapi oleh dua terapis berbeda, akupuntur dan totok jari sebagai alternatif. Pelajaran penting yang dapat dipetik dari penyebab stroke adalah dehidrasi kurang asupan minum.- Lihat Healthy Selengkapnya

Untuktetap dapat memberikan pelayanan yang terbaik, maka di tahun 2014 ini RS Dr. OEN SURAKARTA membangun gedung baru dengan konsep "Twin Tower". Tahun 2019 ini menjadi sejarah baru dalam perjalanan RUMAH SAKIT Dr. OEN SURAKARTA yang berlokasi di daerah Kandang Sapi, secara resmi sejak tanggal 20 Juli menggunakan nama RUMAH SAKIT Dr. OEN Saya ingin sharing tentang pentingnya mencari DSA dokter spesialis anak yang cocok untuk buah hati kita. Apalagi jika kita adalah new parents, pertama kali terjun ke dunia parenthood, banyak sekali hal yang kita tidak mengerti dan salah satu yang berperan penting dalam tumbuh kembang anak kita adalah dokter anak, mau dalam hal imunisasi, maupun pada saat anak sakit. Jadi, mencari dokter yang cocok dan nyaman itu tidak mudah menurut Mencari DSA yang Baik Untuk Anak KitaDokter tersebut tidak pelit ilmuMau membagikan dan menjelaskan pengetahuan yang kita perlu ketahui, apalagi jika mengetahui kita adalah new yang tidak pelit jawabanJika kita bertanya dokter tersebut bersedia menjawab tanpa buru-buru untuk mengganti pasien berikutnya ini dokter pada umumnya suka buru-buru supaya cepat ganti pasien berikutnya.Dokter yang cocok dalam komunikasi dengan kitaBelum tentu cocok dengan anak kita pada saat sakit obat yang diberikan jadi, terkadang kita perlu mencari dokter yang anak kita cocok dengan obatnyaDokter yang tidak matreMau menjawab pertanyaan kita via SMS, Whatsapp atau telepon. Jika tidak menemukan solusi, kita bisa kembali ke rumah sakit Mencari DSA yang CocokSaya mengganti dokter yang berbeda setiap imunisasi, karena imunisasi tidak harus bergantung pada 1 dokter. Dan dari komunikasi dengan dokter, kita bisa tahu dokter mana yang cocok untuk Jaey sakit, saya menyadari dokter yang cocok dalam berbagi ilmu dengan saya, ternyata Jaey tidak cocok dengan obat yang diresepkan, sehingga saya harus mencari dokter lain saya, obat itu relatif ya Moms. Kadang anak A minum cocok, anak B minum tidak cocok. Jadi semuanya harus balik lagi ke tubuh anak masing-masing. Jadi, intinya dokter anak itu penting sekali ya Moms, karena anak kita mengandalkan dokter jika sakit dan penting sekali jika kita mempunyai 2 dokter yang bisa diandalkan dan dipercaya. Awalnyamungkin ada istilah DSA (Digital Subtraction Angiography) prosedur diagnostic agar lebih tau penyakitnya seperti apa dan bukan sebagai obat." kata dr. Baarid Luqman. Pemeriksaan menggunakan fluoroskopi ini bisa dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas tersebut, seperti RS JIH Solo. BUGAR. Kenali Penyakit Akibat Disfungsi - “Ya, aku sadar sih jadi kelinci percobaan,” kata Doni bukan nama sebenarnya. Keluarga besar Doni punya riwayat penyakit stroke dan darah tinggi. Ia langsung memutuskan menjalani terapi Intra Arterial Heparin Flushing IAHF alias “metode cuci otak” Terawan Agus Putranto—sekarang Menteri Kesehatan—saat kaki kirinya bengkak beberapa bulan lalu. Bagi Doni, terapi ini adalah upaya preventif untuk menghindari penyakit yang lebih parah. Itu sebabnya, ia tak keberatan merogoh kocek Rp50 juta untuk prosedur operasi kurang dari 10 menit. Tiga hari setelah dirawat di RSPAD Gatot Subroto, Doni merasa pegal-pegal di badannya lenyap. “Tapi ini lumayan, setahun enggak perlu buang duit atau habis waktu buat pijat,” tambah Doni. Ia bahkan berniat membawa sang istri yang punya riwayat diabetes untuk melakukan terapi serupa. Saat kami tanya soal tidak adanya landasan klinis pada terapi ini, Doni cuma tertawa. Ada banyak testimoni serupa yang merasakan keberhasilan pengobatan itu. Tahun lalu, para pembela sang dokter juga tak tinggal diam, ketika surat keputusan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran MKEK Ikatan Dokter Indonesia IDI tentang rekomendasi pemecatan dokter Terawan diungkit media. Tagar SaveDokterTerawan muncul. Aburizal Bakrie, politikus Golkar, mengunggah testimoninya dalam blog pribadi, dengan judul Membela Dokter Terawan. Nama-nama besar lainnya yang ikut dalam barisan sama di antaranya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Prabowo Subianto, Dahlan Iskan, hingga sejumlah anggota DPR. Meski tak semua tertawa seperti Doni, nuansa pembelaan itu kental terasa. Salah satunya dari Awang Faroek Ishak, anggota DPR dari Partai Nasdem. Pada 2014 silam, Gubernur Kalimantan Timur 2008-2018 ini berobat ke RSPAD Gatot Subroto untuk menjalani terapi cuci otak Terawan. Seperti Doni, tiga hari kemudian, Awang yang awalnya merasa lemas bisa menghadiri acara Panglima TNI Award di Markas Besar TNI di Cilangkap, pasca-terapi. Namun, kondisi itu tak stabil. “Katanya, motorik saya terganggu, kaki dan tangan kiri saya,” ungkap Awang, saat kami hubungi lewat telepon, Rabu, 27 November kemarin. Ia, yang sebelum menjalani terapi masih bisa jalan, kini harus menggunakan kursi roda. Kemampuan bicara Awang juga tak maksimal lagi. “Sebetulnya terapi dokter Terawan bagus, tapi kondisi tiap orang berbeda-beda. Bapak memang perlu terapi terus, tapi karena kesibukan kadang enggak terapi,” ujar Dayang Donna Faroek, putri Awang. Ia bilang, ayahnya pernah terserang stroke sebelum berobat ke RSPAD. Sehingga terapi cuci otak bukan satu-satunya faktor yang membuat Awang masih menggunakan kursi roda hingga kini. Di tengah tsunami pembelaan, nama Gerard Liew, warga negara Singapura muncul ke permukaan sebagai korban gagal metode cuci otak Terawan, April tahun lalu. Kata Sarah Diana, keponakan Gerard, yang tinggal di Indonesia, sang paman ditawari mengikuti terapi IAHF demi mencegah potensi stroke. Terawan, kata Diana, mengklaim Gerald mengalami penyumbatan di pembuluh darah, sehingga langsung setuju menjalani pengobatan di RSPAD. “Dengan biaya sekitar Rp150 juta,” ujar Sarah. Namun, operasinya tak berhasil. Terawan mengklaim terjadi pergeseran koil—kawat tipis yang berfungsi mencegah pembuluh darah pecah—di otak Gerald. Alhasil, ia harus kembali dioperasi, yang makan waktu tujuh jam. Sayangnya, Gerald malah jadi lumpuh total. Setahun berselang, kata Sarah, pamannya kini lebih baik setelah kembali ke Singapura dan menjalani pengobatan dengan dokter berbeda. Gerald mulai bisa bicara meski tak maksimal. Meski begitu, keluarganya memilih tak memperkarakan Terawan. “Kami sadar diri siapa beliau dan paman saya adalah warga negara asing,” kata Sarah. “Aku masih ingat, setelah operasi, dokter Terawan dia Jenderal. Dia bilang dia enggak mencari uang dan ini hanya untuk charity.” Terawan sendiri membantah memburuknya kondisi Gerald Liew karena metode cuci otaknya. “Justru kami menyelamatkan dia. Itu kan pemasangan koil. Ternyata koilnya lari sendiri. Jadi karena kualitas koilnya sendiri. Itu sebuah accident,” DSA dalam Kemasan Medical Tourism Clinique Suisse—sebuah klinik kecantikan di Sudirman, Jakarta—tak peduli pada reputasi IAHF, meski kasus Gerald lebih dulu ramai diperbincangkan, dan Terawan kena sanksi dari MKEK IDI. November 2018 lalu, saat nama Terawan dan terapi pengobatannya disangsikan, mereka tetap percaya untuk menandatangi MoU kerja sama. Kata General Manager Clinique Suisse Stephanie Elysia, mereka tak mempersoalkan kontroversi metode Terawan. Baginya, perbedaan opini itu terjadi di kalangan dokter, dan itu adalah hal biasa. Ia sendiri lebih mempercayai khasiat terapi tersebut. “Kami sudah pernah beberapa kali berkunjung ke RSPAD, mereka bagus,” kata Stepanie, saat didatangi di kantornya di lantai 6 Wisma Keiai, Jakarta Pusat. “Sudah ada kajiannya. Why not?” tambah Stepanie. Kajian yang ia maksud adalah disertasi dokter Terawan, yang ternyata juga bermasalah. Setelah acara penandatanganan kerja sama pada November kemarin, sejumlah berita mengklaim seribu pasien telah didatangkan dari Vietnam untuk mengikuti terapi IAHF. Saat kami wawancarai, Rabu, 20 November lalu, Terawan mengklaim jumlah itu sudah terpenuhi. “Ke RSPAD, ada pasien. Yang masuk di koran-koran itu semua. Dan itu resmi lho ya,” ungkapnya. Sementara saat dikonfirmasi kepada Clinique Suisse, Stephanie bilang angka itu masih belum tercapai. Ia sendiri tak bisa merincikan detail berapa jumlah orang Vietnam yang sudah didatangkan pihaknya, untuk mencoba terapi IAHF juga Menguliti Disertasi Terawan dari Anjing Hingga Modifikasi DSA Intrik dan Pembelokan Hasil Satgas Metode 'Cuci Otak' Terawan Untuk memastikan klaim tersebut, kami mengajukan permohonan data Laporan Keuangan RSPAD pada PKBLU, karena rumah sakit militer itu sudah jadi BLU sejak 2016. Namun, Ariyanto dari Subdit I PKBLU mengatakan data itu tak bisa ia berikan, karena mereka bukan entitas pemilik laporan tersebut. Kami juga telah menyurati Kedutaan Besar Vietnam untuk memperoleh informasi lebih jelas. Sebab, Duta Besar Vietnam untuk Indonesia Pham Vinh Quang turut hadir dalam penandatanganan kerja sama itu, November tahun lalu. Namun, mereka belum memberikan jawaban, kata Sekretaris Duta Besar Vietnam Nguyen Canh Toan. Saat dihubungi ke pihak Humas RSPAD Iwan, pihaknya mengaku tak tahu menahu terkait MoU tersebut. Namun, Dokter Staf Ahli Kepala RSPAD Taruna Ikrar, membenarkan kabar tersebut. “Vietnam salah satu negara yang ada hubungan kerja sama hospital to hospital untuk DSA dan IAHF melalui Clinique Suisse,” ungkapnya. Pernyataan itu menegaskan bahwa perjanjian tersebut bukanlah ikatan antara negara, alias government to government. Membawa-bawa nama luar negeri sudah jadi dagangan Terawan sejak masih menjabat Kepala RSPAD 2015-2019. Ia selalu mengklaim bahwa metode terapinya bagus buat program wisata medis alias medical tourism pemerintah Indonesia. Dalam wawancara khusus, Rabu, 20 November kemarin, ia juga mengklaim ada pasien dari Malaysia yang kini antre untuk menjalani terapi IAHF di kami konfirmasi ke Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Zainal Abidin Bakar, kabar itu juga berbau pepesan kosong. “Saya tidak punya informasi itu,” ujar Zainal, Kamis, 28 November kemarin. Namun, kata Taruna, tak cuma Vietnam dan Malaysia yang tertarik menjadi pasien. Ada Jerman, Turki, Hong Kong, Singapura, dan Filipina yang juga melirik metode Terawan. Ia bahkan mengklaim ada beberapa pemimpin negara yang sudah diterapi, tapi Taruna menolak menyebut identitas mereka. Klaim-klaim ini yang biasanya dipakai RSPAD, Terawan, dan timnya untuk menggaet pasien sekaligus pemasukan. Nama-nama besar dan testimoni mereka dijadikan penggaet agar pasien terus bertambah. Menurut Taruna Ikrar, terapi IAHF dengan metode Terawan bahkan jadi pendapatan terbesar RSPAD setiap menyangkal jika terapinya disebut hanya memikirkan aspek bisnis. Meski dalam brosur yang tersedia di RSPAD, ongkos IAHF mulai dari Rp59,1 juta hingga Rp61,7 juta, Terawan mengaku tak jarang juga memberikan terapi cuma-cuma. “Lho banyak yang gratis. Karena itulah kita di rumah sakit itu tidak boleh business oriented, tapi social oriented,” kata Terawan. “Orang enggak punya juga banyak jadi pasien. Kiai juga ada. Patokannya kan rumah sakit. Jadi tarif itu ditentukan oleh Kementerian Keuangan, karena ini Badan Layanan Umum. Tidak boleh mematok sendiri. Malah kalau menggratiskan boleh.” Klaim Terawan dan Medical Tourism Ada Efek Placebo Pengobatan ala Terawan sendiri kontroversial karena dinilai banyak dokter belum berdasarkan bukti medis. Klaim-klaim sensasi bugar setelah terapi IAHF dinilai dokter spesialis jantung Hamed Oemar semu belaka. Pengobatan alternatif, seperti yang ditawarkan Terawan, tak lepas dari efek placebo—sebuah sensasi kesembuhan palsu yang dirasakan pasien, muncul dari keyakinan dan harapan untuk sembuh. Artinya, seorang pasien bisa jadi merasa bugar karena sugesti pada dirinya sendiri, bukan obat yang atau terapi yang ia jalani. “Untuk pengobatan yang tidak berdasarkan bukti medis, hasil yang dirasakan pasien pasti akibat efek placebo,” kata lulusan Hiroshima University catatan, beberapa orang yang menjalani terapi ke dokter Terawan sebagian menjalaninya untuk kepentingan preventif, seperti yang dilakukan Doni, SBY atau Aburizal Bakrie. Orang seperti mereka bukan orang sakit stroke kronis yang sudah menderita bugar yang dirasakan mereka boleh jadi merupakan efek plasebo. Namun, untuk mendapat kepastian apakah itu benar kesembuhan atau efek plasebo, penelitian Terawan harus dibuka secara pun sebenarnya tidak berani mengklaim kesembuhan ribuan pasien yang ia klaim sudah berobat padanya. "Ndak ada kata sembuh. Saya sebagai dokter belum pernah menyembuhkan pasien," kata Terawan."Ya pasiennya membaik saja. Kalau pasien sembuh saya ndak punya kewenangan. Ini tindakan yang multidisiplin yang harus melibatkan orang lain. Kalau pasien merasa belum membaik pun harus dicek penyebabnya dari mana," katanya ini merupakan hasil kolaborasi Tirto dan Majalah Tempo. Semua hasil wawancara dan data yang didapat reporter Tirto dan Tempo digunakan bersama sebagai bahan tulisan. Reporter Tirto yang terlibat dalam liputan ini Aulia Adam, Aditya Widya Putri, dan Adi Briantika. - Kesehatan Penulis Aulia AdamEditor Mawa Kresna SOLO(Soloaja.co) - Rumah Sakit TNI (RST) Slamet Riyadi atau dikenal RS DKT Solo, resmi membuka layanan metode pengobatan atau terapi DSA (Digital Subtraction Angiography) inovasi dr. Terawan Agus. “Teknik DSA atau Digital Subtraction Angiography sangat berguna dalam mendiagnosis penyumbatan arteri. Teknik ini juga bisa mengidentifikasi penyempitan arteri karotis atau pembentukan bekuan di arteri pulmonalis.” Halodoc, Jakarta – Digital Subtraction Angiography DSA adalah teknik fluoroskopi yang digunakan secara luas dalam radiologi intervensi untuk memvisualisasikan pembuluh darah. Prosedur ini juga digunakan untuk mengevaluasi perfusi aliran cairan darah, termasuk juga mendiagnosis masalah pada aliran darah dengan cara mendapatkan gambaran pada pembuluh darah di otak. Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan kateter tabung kecil dan tipis ke dalam arteri di kaki dan meneruskannya ke pembuluh darah di otak. Pewarna kontras juga akandisuntikkan melalui kateter dan gambar sinar-X diambil dari pembuluh darah. Informasi selengkapnya mengenai teknik DSA bisa dibaca di sini! Teknik DSA untuk Pemeriksaan Aliran Darah Prosedur DSA dilakukan dengan memasukkan pewarna kontras yang tidak berbahaya untuk melihat suplai darah ke kaki, jantung atau organ lainnya. Pewarna kontras ini merupakan cairan bening yang terlihat pada sinar-x karena kepadatannya yang tinggi. Beberapa jam setelah prosedur, pewarna ini akan keluar melalui urine. Teknik DSA sangat berguna dalam mendiagnosis oklusi arteri penyumbatan. Misalnya, dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyempitan stenosis dari arteri karotis atau pembentukan bekuan trombosis di arteri pulmonalis. Ia juga dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit pembuluh darah ginjal. Tes DSA dilakukan untuk penanganan beberapa kondisi gangguan kesehatan dan tindakan medis seperti 1. Angioplasti Ini adalah perawatan untuk membuka penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah menggunakan balon kecil. Biasanya digunakan di kaki atau jantung, tetapi bisa juga digunakan di arteri tubuh manapun 2. Stent Arteri Perawatan untuk membuka sumbatan arteri menggunakan jaring logam yang melebar yang tetap di tempatnya untuk menahan arteri agar tetap terbuka. Ia lebih umum digunakan untuk pembukaan di jantung, panggul, dan perut 3. Prosedur Biliary Prosedur ini biasa dikenal juga dengan drainase empedu, yang merupakan prosedur untuk membantu mengalirkan empedu ekstra. Ketika empedu menyumbat saluran empedu, empedu dapat kembali ke hati dan menyebabkan gejala seperti penyakit kuning. Saluran bilier juga disebut stent bilier adalah tabung tipis berongga dengan beberapa lubang di sepanjang sisinya. Saluran ini membantu aliran empedu lebih mudah untuk keluar dan tidak menumpuk. 4. Angiogram Koroner Angiogram koroner adalah prosedur yang menggunakan pencitraan sinar-X untuk melihat pembuluh darah jantung. Tes ini umumnya dilakukan untuk melihat apakah ada pembatasan aliran darah ke jantung. Angiogram koroner adalah bagian dari kelompok umum prosedur yang dikenal sebagai kateterisasi jantung jantung. Prosedur kateterisasi jantung dapat mendiagnosis dan mengobati kondisi jantung dan pembuluh darah. Angiogram koroner yang dapat membantu mendiagnosis kondisi jantung adalah jenis prosedur kateterisasi jantung yang paling umum. 5. Angiogram Femoral Ini adalah rontgen khusus pembuluh darah arteri di kaki untuk mencari kelainan apa pun. Kamu mungkin telah melakukan pemindaian ultrasound Doppler pada pembuluh darah kaki yang menunjukkan bahwa mungkin ada masalah. Angiogram femoral nantinya akan memberikan rincian bagi dokter untuk membantu merencanakan perawatan kesehatan lebih lanjut. 6. Nephrostomy Ini adalah perawatan untuk menghilangkan rasa sakit dari ginjal yang tersumbat. Sebuah tabung akan dimasukkan ke dalam ginjal untuk memungkinkan aliran yang tersumbat mengalir dengan benar 7. Alat Pacu Jantung Kotak bertenaga baterai kecil yang ditanamkan di bawah kulit di dinding dada dengan kabel yang mengarah ke jantung untuk membantunya berdetak dengan benar. Prosedur DSA seharusnya tidak menyakitkan, tetapi penghilang rasa sakit dapat diberikan jika diperlukan. Kamu mungkin merasakan beberapa ketidaknyamanan awal setelah injeksi anestesi lokal. Sedasi juga dapat diberikan jika kamu sangat gugup, tetapi ini biasanya tidak diperlukan. Waktu prosedur tergantung pada tes yang dilakukan. Bisa 30 menit atau bahkan memakan waktu hingga 3 jam. Itulah informasi mengenai teknik DSA. Informasi selengkapnya mengenai prosedur ini bisa kamu dapatkan dengan menanyakan langsung ke dokter lewat aplikasi Halodoc. Punya masalah kesehatan? Kamu juga bisa buat janji pemeriksaan dokter di rumah sakit lewat Halodoc ya! Referensi Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Coronary angiogram. Stanford Medicine Health Care. Diakses pada 2022. Digital Subtraction Angiography DSA. National Health Service. Diakses pada 2022. Digital Subtraction Angiography. Britannica. Diakses pada 2022. Angiography. Diakses pada 2022. Digital subtraction angiography. .
  • dd13lzxja8.pages.dev/131
  • dd13lzxja8.pages.dev/320
  • dd13lzxja8.pages.dev/294
  • dd13lzxja8.pages.dev/514
  • dd13lzxja8.pages.dev/651
  • dd13lzxja8.pages.dev/113
  • dd13lzxja8.pages.dev/405
  • dd13lzxja8.pages.dev/718
  • dd13lzxja8.pages.dev/379
  • dd13lzxja8.pages.dev/407
  • dd13lzxja8.pages.dev/770
  • dd13lzxja8.pages.dev/677
  • dd13lzxja8.pages.dev/750
  • dd13lzxja8.pages.dev/659
  • dd13lzxja8.pages.dev/339
  • rumah sakit yang bisa dsa